Jumat, 06 Oktober 2017

Cold Blooded Killer



Ini adalah pagi yang indah di Kota Palangkaraya, sangat-sangat cerah, bahkan jam 5:00 tadi sudah terlihat terang.

  Hari pertamaku menginjakkan kaki di Universitas Palangkaraya sebagai mahasiswi baru. Aku berjalan dikolidor kampus dengan senyuman ramah sambil kepalaku celingak-celinguk kesana kemari. Tanpa sengaja aku menabrak lelaki bertubuh tinggi dengan mata hitam, mungkin dia adalah seniorku.
"Maaf kak" kataku
"Iya tidak apa-apa" sahut lelaki bertubuh tinggi dengan mata hitam itu sambil tersenyum kearahku
"Sekali lagi aku minta maaf kak, aku benar-benar tidak sengaja"
"Iya tidak apa-apa kok, oh iya aku lagi buru-buru nih. Lain kali kita ngobrol lagi" belum sempat aku menjawabnya, lelaki itu langsung pergi begitu saja.

"Oh Tuhan, senyuman lelaki itu manis sekali" pikirku.

  Aku adalah mahasiswi jurusan Bahasa Indonesia , dan aku tinggal di kost bersama sahabatku dari SMP.

  Sepulang dari kampus, aku langsung pulang ke kost karena perutku sudah lapar sekali.
Aku membuka pintu kost
"Eh kok ga ditertawa kataku herah

"Karin, apa kau ada dirumah?" aku berteriak
Ya, Karin adalah sahabatku itu.
"Kenapa fy? Aku di belakang nih, lagi masak. Kamu mau aku buatkan makanan sekalian?"
"Iya buatkan saja, lagian aku lagi lapar" kataku
"Baiklah Nyonya" goda Karin, kami berdua langsung tertawa.

"Rin, aku mau cerita ni" aku berbicara dengan nada serius, karun langsung terdiam
"Apa?" selidik Karun
"Tadi aku kan ke kompus" Tambah ku lagi
"Terus?" karin semakin penasaran
Langsung saja aku bercerita tentang pertemuanku dengan lelaki bertubuh tinggi dan mempunyai mata hitam itu.

"Serius? Hari pertama kamu kau dikampus, kau sudah langsung bertemu lelaki tampan? Tanya karin setelah aku selesai bercerita
"Yaps"
"Kau tau namanya" tanya Karin lagi
Aku hanya menggeleng sambil menghembuskan nafas kecewa
"Astaga, itu sangat sayang sekali"
Aku lagi-lagi hanya menghembuskan nafas kecewa

   Keesokan harinya
Aku kembali ke Kampus lagi sambil jalan-jalan di kolidor kampus  dengan harapan bisa bertemu lelaki bertubuh tinggi dan mampunyai mata hitam itu lagi.
Tiba-tiba terdengan suara lelaki, akupun refleks langsung membalikan badan. Aku kaget, ternyata yang datang adalah lelaki bertubuh tinggi dengan mata hitam itu
"Hai, kita ketemu lagi" sapa lelaki bertubuh tinggi dengan mata hitam itu kegirangan
"Hehe iya nih" jawabku santai, padahal hatiku berdebar-debar sekarang
"Boleh aku tau siapa namamu?" tanya lelaki itu
"Namaku Iffy Sepiani, kamu bisa memanggilku Iffy saja"
"Nama yang indah" kata lelaki itu
"Namamu?" tanyaku
"Alex Hendriawan, panggil saja Alex" katanya
"Nama yang bagus" pujiku dengan senyuman yang manis. Aku sangat malu sekarang.

  Alex adalah cinta pandangan pertamaku, entah mengapa bisa seperti itu. Padahal selama hidup, aku sangat sudah untuk jatuh cinta, bahkan selama ini aku tidak pernah tertarik terhadap siapapun. Tapi Alex dengan mudahnya mencuri hatiku.

  Sejak saat itu, aku dan Alex menjadi sangat dekat, sedangkan Karin mandukung apa saja kemauan ku asalkan aku bahagia.
Tetapi, sejak saat dekat dengan Alex, seperti ada yang mengikuti kemanapun aku pergi. Bahkan aku beberapa kali diteror oleh orang yang tidak aku kenal.

  Sore ini aku dan Karun berencana untuk berenang bersama, mengisi hari libur. Sesampai ditempat tujuan, kami langsung ke ruang ganti baju. Tetapi karin malah melarang aku untuk satu ruang dengannya, jadilah aku harus mencari ruang ganti baju yang masih kosong sendirian.

  Aku menemukan ruang yang ku cari, dan langsung menguncinya,  tidak berapa lama terdengar suara Karin
"Fy, aku duluan ya. Aku tunggu di pinggir kolam renang" Karin langsung pergi tanpa harus menunggu persetujuanku
"Yaelah, aku belum ganti baju, dia malah ninggalin gitu aja" gerutuku.
Sesudah aku ganti baju, aku ingin bercermin terlebih dahulu sebelum keluar, ternyata di cermin itu ada tulisan bertintah merah "KAMU AKAN MENANGGUNG KESOMBONGAN MASA LALUMU" dan tertulis dibawahnya "- ORANG YANG PERNAH KAU PERMALUKAN"
Aku langsung berteriak membaca tulisan itu, tiba-tiba.ada ada suara langkah kaki mendekat. Aku menyadari hanya aku sendirilah yang masih berada ditempat ini.
Suara pintu satu-persatu mulai terbuka.
Aku mendekap mulut dengan sangat kuat sambil menangis saat menyadari kini aku berada dalam bahanya.
Terdengar suara langkah kaki itu terhenti persis didepan ruang ganti yang aku pakai sekarang. Tangisku semakin menjadi, menangis tanpa suara. Aku menedekap mulutku lebih erat lagi agar tidak mengeluarkan suara sekecil apapun. Terdengar suara pintu terkunci, tapi orang itu tidak menyerah. Sekarang orang itu mengedor-ngedor pintu, aku semakin tidak karuan.
"Keluarlah Iffy, aku tau kau didalam" suara orang itu
Iffy hanya diam, takut berbuat apa-apa

"Ya Tuhan, seandainya Alex disini, dia pasti membantuku" umurku dalam hati

Tiba-tiba suara itu hilang, seperti tidak ada orang di luar sana. Kini suara itu diganti dengan suara Karin
"Kamu kok lama sekali Iffy, cepatlah"
"Sebentar lagi aku keluar" sahutku dengan suara bergetar

Suara pintu terbuka
"Matamu kok merah? Habis menangis?" tanya Karin
"Tidak, ini hanya kemasukan debu saja. Ayo berenang" kataku seolah tidak terjadi apa-apa
"Yasudah, ayo"
Entah apa yang ada dipikiranku, kenapa aku tidak mau memberi tahu Karin bahwa aku hampir saja celaka tadi.
Kami berenang seperti biasa, benar-benar seperti tidak terjadi apa-apa kepadaku, aku sangat pandai menyembunyikan ketakutan.
Setelah selesai, kami ganti pakaian. Tidak terjadi apa-apa lagi sekarang. Aku kira teror itu hanya keisengan orang saja.

  Hari-hariku semakin menakutkan sekarang. Teror datang silih berganti hampir setiap waktu. Mulai dari tulisan bertintah darah, boneka berkepala buntung, batu yang dilemparkan kekaca hingga pecah, dan surat yang dimasukan kedalam botol dengan bau seperti bangkai.

  Karin merasakan ada yang aneh akhir-akhir ini, tapi dia hanya menyangka bahwa ini adalah perasaannya saja dan bersikap normal. Sedangkan aku sudah hampir seperti orang gila menerima teror ini.

  Siang ini Alex mengajakku ketemuan di sebuah cafe, dan aku mengiyakan saja. Tidak lama kemudian, mobil berwarna putih berhenti dedepan kostku, itu adalah Alex. Aku langsung keluar dan berangkat bersama Alex. Matahari bersinar sangat terik diluar sana.

  Sesampai di cafe, kami berdua langsung masuk dan memilih kursi yang kosong.
"Lex, aku mau ke toilet sebentar" kataku
"Oke, jangan lama" jawab Alex

  Kejadian waktu diruang ganti baju hari itu terulang lagi. Benar-benar terulang, bahkan lebih parah.
Persis seperti di ruang ganti baju, tapi sekarang aku sempat melihat sepatu dan celananya. Orang itu memakai sepatu dan celana warna hitam, hanya itu yang sempat aku lihat sebelum benda tajam itu menusuk tanganku hingga berdarah. 
Aku meminta pertolongan, tapi tidak ada yang mendengarkan teriakanku.

  Aku bergegas keluar dari toilet dan mendatangi alex, Alex sangat kaget melihat tanganku yang bercucuran darah. Alex mengajakku kerumah sakit, tapi aku tidak mau. Aku hanya mau pulang saja, mengobatinya sendiri dirumah.
Di mobil, aku tidak sengaja melihat ke bawah. Dan astaga ternyata Alex menggunakan sepatu dan celana hitam
"Aku tidak boleh berpikiran yang tidak-tidak, siapa tau hanya kebetulan sama" ucapku dalam hati.

  Sesampainya kamu di kost, Alex langsung pulang dengan alasan 'banyak kerjaan' . sebelum pulang, dia sempat berkata "Cepat sembuh Iffy" sambil mencium keningku.
Setelah Alex pergi, aku masuk ke kamar. Karin jelas sangat kaget melihat tanganku berdarah
"Kamu kenapa Iffy?" tanya Karin cemas
Aku menceritakan semua detail kejadiannya, mulai dari teror-teror biasa, sampai yang parah seperti ini.
Karin langsung mengobati lukaku, 'takut infeksi' katanya. Lagipula lukaku ini tidak terlalu besar.

  Malamnya Karin terpaksa pulang ke Kampung, karena Neneknya sedang sakit parah.
Kini tinggallah aku seorang diri. Malam ini benar-benar mencengkam
Aku tertidur pulas setelah sekian lama tidak bisa tidur. Seseorang itu datang lagi tapi kali ini Ia membawa senjata.
Terdengar suara langkah kaki, aku langsung terbangun
"Suara apa itu?" tanyaku mulai ketakutan
Suara itu semakin mendekat dan kini seseorang bertubuh tinggi itu berdiri didepan kasurku
"Kau tidak kenal aku Iffy Sepiani?" tanya seseorang bertubuh tinggi itu sambil tertawa
Aku sangat ketakutan, tubuhku mulai bergetar.
Seseorang itu kini membuka topengnya
"Alex? Kenapa kau tega berbuat seperti ini?" kataku sambil bergetar
"Kau lupa apa salahmu? Dasar bodoh"  Alex mulai geram
"Kau lupa anak laki-laki bertubuh gempal, hitam, dan jelek yang selalu kamu bully dulu?" tamua Alex lagi
Aku langsung teringat anak laki-laki yang dulu suka kepadanya, tapi aku malah membully anak itu sampai-sampai anak itu pindah sekolah. Rasanya dulu kelas 6 SD, kenangan itu masih sangat jelas di ingatanku.
"Itu aku!!!!!!!"
"Kau harus menanggung akibatnya, aku sudah lama mencarimu dan kini kamu harus mati" tambah Alex lagi
Tanpa sempat berkata apa-apa, benda tajam itu langsung menancap diperutku. Aku kesakitan, tubuhku melemah. Aku mendengar suara tewa Alex yang penuh kemenangan. Penglihatanku semakin tidak jelas, aku pingsan.
Tiba-tiba datanglah Polisi dan Ambulans, Polisi langsung menembak Alex, sedangkan perawat-perawat itu membawaku ke Rumah Sakit.

  Ternyata Karin tidak benar-benar pergi, Ia menumpang tidur dirumah tetangga disekitar kost kami. Karin yang menelpon Polisi dan Ambulans itu tadi karena Ia mendengar ada yang tidak beres didalam kost kami

  Alex ditahan, tidak tau sampai kapan. Sedangkan aku dirawat dirumah sakit, Karin selalu menungguku disana sambil menangis melihat keadaanku semakin memburuk. Hingga akhirnya aku merasa tugasku didunia ini sudah selesai. Aku meninggal



2 komentar: