"Apakah kamu merindukanku?"
Terdengar suara lelaki bertubuh jangkung itu sambil berjalan menghampiriku di salah satu sudut cafe terbesar di Kota ini.
Aku kaget setengah mati, dan bertanya-tanya dalam hati
"Apakah ini Qen? Mengapa dia terlihat berbeda sekali dari terakhir kali bertemu?"
**
Beberapa hari lalu, dia menghubungiku lagi, mengajakku bertemu untuk menyambung silaturahmi yang sempat terputus dikarenakan Ia harus pindah ke China beberapa tahun yang lalu.
Dia cinta pertamaku, bahkan sampai sekarang aku belum bisa melupakan dia. Akhirnya, aku terima ajakannya dan membuat janji untuk bertemu di salah satu cafe terbesar di Kota ini.
**
"Tyas, kok kamu diam?" tanyanya yang sekaligus membuyarkan lamunan ku
"Ehh.. Anu.. Gak apa-apa kok"
"Ini Qen kan?" lanjutku
"Iya, kamu lupa?"
"Eh.. Tidak kok. Kamu berubah total dari terakhir kali kita bertemu"
"Ah, kamu bisa aja" katanya sambil tertawa-tawa kecil.
Kami bercanda-canda melampiaskan kerinduan yang selama ini terbendung dan hampir tak bisa tertahankan. Akhirnya kini aku bertemu dengannya, cinta pertamaku.
Kebahagiaan ini hampir tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata, ini nyata, sangat nyata.
Aku merasa terbang lagi, merasa seperti dulu lagi. Dia yang dulu pernah singgah dan pergi, kini kembali lagi dengan membawa kebahagiaan yang baru, yang membuat perasaan ini semakin menggebu-gebu.
Namun, disaat kebahagiaan itu semakin besar, ada yang membuat perasaan menjadi terluka kembali, menjadi jauh kembali, menjadi terpuruk kembali.
Tiba-tiba ada seorang bule muda datang menghampiri meja kami , cipika-cipiki dan langsung berbicara kepada Qen dalam bahasa China.
"Maaf aku terlambat, tadi di jalan macet" ujar bule tersebut
"Iya tidak apa-apa, silahkan duduk"
-Kira-kita seperti itu pembicaraan mereka-
"Oh iya Tyas, perkenalkan, ini Jesie, calon istriku" ujar Qen
Ternyata dia tidak datang sendiri. Kakiku lemas, mukaku pucat, seperti ada yang ingin keluar dari mataku. Tapi ku tahan, ku tahan semuanya.
"Wow.. Selamat ya Qen. Ciee dapat calon istri bule" gurauku sambil tertawa kecil, padahal hati ini menangis sejadi-jadinya.
Qen hanya tertawa mendengar gurauanku
"Sayang, perkenalkan, ini Tyas, sehabat sekaligus tetanggaku dari kecil dulu" Qen memperkenalkanku kepada Jesie dalam bahasa China.
"Oh iya Yas, tujuanku pulang ke Indonesia hanya untuk menjemput kamu kok. Minggu depan aku dan Jesie akan menikah, kami ingin sekali jika kamu ingin ikut dengan kami" sambung Qen.
Badan ini semakin lemas. Bagaimana caranya aku bisa melihat seseorang yang aku cinta dari dulu, kini akan segera menikah dengan orang lain? Sakit, sakit sekali. Tapi aku harus apa? Apakah aku akan diam saja?
"Sepertinya aku tidak bisa berangkat Qen, aku banyak kerjaan yang tidak bisa aku tinggalkan. Aku pergi dulu ya, aku dipanggil bosku. Semoga kalian bahagia Qen, Jes. Sekali lagi aku minta maaf karena tidak bisa datang" kataku dengan senyuam palsu dan dengan sejuta kebohongan
"Tidak apa-apa kok Yas, semangat, semoga cepat menyusul ya" gurau Qen sambil tertawa agak nyaring.
Aku beranjak dari kursi dan segera meninggalkan cafe tersebut, aku menangis sejadi-jadinya.
"
kenapa ini sakit sekali? Mengapa semua ini harus terjadi padaku? Mengapa aku harus dipertemukan kembali jika akhirnya seperti ini? Aku sakit, sakit sekali, sakit yang tidak orang ketahui. Apa gunanya mencintai tapi tidak dicintai?" kataku dalam hati sambil menangis.
#TantanganFiksiODOP #Tantangan3